Bayi dengan ikterus yang terjadi beberapa hari sampai beberapa minggu setelah lahir meningkatkan risiko terjadinya autisme serta gangguan perkembangan psikologi lainnya secara umum dalam kehidupannya jika dibandingkan dengan dengan bayi-bayi yang tidak mengalami ikterus. Hal ini dilaporkan oleh Doktor Rikke Damkjaer M, dkk. yang dilaporkan dalam bentuk artikel dan dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics bulan Oktober 2010 baru-baru ini. Disebutkan neonatal jaundice, yang juga dikenal dengan neonatal hyperbilirubinemia atua physiologic jaundice pada bayi dari mengacu adanya pewarnaan kuning pada sklera (bagian putih mata) dan kulit akibat adanya bilirubin yang merupakan hasil pemecahan sel-sel darah merah dan masuk ke dalam aliran darah. Hal ini disebabkan oleh ketidakmatangan hati bayi sehingga tidak dapat memetabolisme bilirubin dengan benar. Pada sebagian besar kasus, neonatal jaundice terjadi pada hari kedua sampai kelima setelah kelahirannya, dan secara bertahap akan hilang.
Dari studi terbaru di Denmark, diketemukan meningkatnya persentase kelahiran dengan jaundice dan terjadinya peningkatan kejadian autisme. Dari sebanyak 35.000 kelahiran dengan jaundice, autisme terdiagnosis dari sekitar 577 bayi. 9% dari bayi yang terdiagnsosis autisme mengalami jaundice sejak hari pertama kahidupannya, dibandingkan dengan 3% pada anak-anak tanpa autisme. Dalam hal ini penulis menerangkan bahwa pemaparan dalam jangka waktu yang lebih lama dari peningkatan kadar bilirubin dapat menyebabkan gangguan perkembangan yang menetap selama sisa hidup si anak. Bilirubin yang tidak terkonjugasi merupakan suatu zat yang bersifat toksik terhadap sel-sel saraf dan dapat menyebabkan terjadinya gejala sisa selama hidupnya, seperti: mental retardasi, dan serebral palsi.
Peningkatan risiko autisme juga meningkat pada bayi-bayi di Denmark yang dilahirkan antara bulan Oktober – Maret jika dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir pada bulan April – September, hal ini menurut perkiraan dari peneliti berhubungan dengan minimnya pemaparan bayi terhadap sinar matahari pada bulan-bulan Okteober – Maret tersebut. Selain itu autisme juga meningkat pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang sudah mempunyai anak jika dibandingkan dengan kelahiran anak pertama, atau dengan kata lain autisme kecil terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh primipara, hal ini menurut peneliti kemungkinan disebabkan oleh perbedaan kadar antibodi dan kecepatan mendapatkan pelayanan kesehatan pada kelahiran anak pada ibu-ibu yang sudah mempunyai anak. Namun hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut.
Dalam artikel tersebut penulis menyimpukan bahwa, jaundice (warna kuning) yang terjadi pada bayi baru lahir berhubungan dengan peningkatan risiko autisme dan gangguan perkembangan psikologis lainnya secara umum. Paritas (jumlah persalinan) dan musim pada saat bayi dilahirkan mungkin merupakan hal yang cukup penting dalam terjadinya autisme.
Sumber: www.kalbe.co.id