Sudahlah mahal, seiris dagingnya pun menawarkan bayang-bayang kematian. Fugu atau puffer fish atau blow fish, jenis ikan yang pamor racun mematikannya lebih harum dibanding kelezatan daginya sendiri, memang bukan ikan biasa. Indonesia mengenalnya sebagai ikan buntel dan dapat ditemukan dengan mudah di tepi pantai di Indonesia, di antaranya di Pantai Utara, Tuban. Tentu saja, tidak disantap. Nelayan lebih sering mengolahnya sebagai hiasan atau pajangan karena bentuknya unik.
Tetapi tantangan menyantap fugu bukan muncul dari tampilan fisik, aroma, ataupun rasanya. Petualangan menyantap fugu bisa dibilang bak bermain-main dengan maut. Kesalahan sedikit saja dalam memotong daging ikan fugu, bisa menyebabkan kematian. Sumber racun ikan fugu yang menurut info memiliki toksisitas 1.250 kali lebih besar dari sianida ini, ada di organ hati, indung telur, dan kulit. Racunya menyerang saraf motorik manusia.
Ada sensasi menggelitik dan kaku pada bibir saat menyantap fugu. Namun, dagingnya yang luar biasa lembut jika dimakan secara mentah memang tiada duanya. Di masa lalu, saat kelaparan masih menyerang Jepang, tidak sedikit penduduk kehilangan nyawa hanya dalam waktu 6 hingga 24 jam setelah mengkonsumsi fugu dengan cara yang kurang tepat.
Jepang telah memiliki sekolah khusus untuk para chef dalam mempelajari anatomi fugu. Hanya sedikit chef yang lolos dengan sertifikat khusus ini dikarenakan sulitnya mengiris fugu dengan kaidah yang benar. Dan menurut info, sertifikat ini ada masa berlakukunya.